Untuk postingan pertamaku di 2018. Sebenarnya ku ingin banyak bercerita, namun waktuku terkadang terasa amat sempit bahkan nyaris ku merasa kekurangan waktu.
Mungkin ini yang namanya pejuang tingkat akhir. Aku sadar ini bukan saatnya bermalas-malasan, tenggelam dalam gemerlap godaan belajar, apalagi masih sempat bermain-main. Bulan ini dan kedepannya adalah saat-saat dimana aku harus berjuang keras, demi sebuah harapan yang tertuang dalam sebuah mimpi kecilku.
Sederhana saja, tahun ini aku hanya ingin jadi orang yang sederhana. Jika ada sebuah kalimat *Aku ingin mencintaimu dengan sederhana* lain halnya dengan aku yang ingin menjadi *Aku yang sederhana namun diriku luar biasa*. Singkatnya inilah aku yang apa adanya, yang terkadang masih ingin memiliki suatu hal yang tidak semestinya, yang terkadang ingin mengeluhkan suatu hal yang tidak mungkin terjadi, yang masih menjadi putri kecil bapak ibu yang ingin segera tumbuh dewasa, yang bahkan banyak yang ingin aku keluhkan tetapi aku tak sanggup untuk mengeluhkannya.
Pagi sekolah saat hujan turun terkadang ku ingin seperti anak-anak lain yang diantar oleh bapak maupun ibu mereka. Saat jam makan siang ku buka kotak bekalku, aku ingin juga seperti yang lain. Makan dengan makanan buatan ibu. Saat pulang sekolah, aku juga ingin seperti yang lain, ditunggui di depan gerbang oleh bapak atau ibu yang menjemput. Ah, aku terlalu banyak keinginan. Aku sadar aku tidaklah seperti yang lain. Aku berbeda. Ini cara Tuhan melatihku tegar dan sabar serta mandiri.
Sekalipun terkadang aku juga ingin melihat bapak memakai jas rapi seperti bapak dari teman temanku dan ibu yang mengambil raporku saat kenaikan kelas. Tapi tak masalah jika semua itu mustahil karena aku bahagia dengan bapak ibuku yang sederhana. Aku tak mau yang lain, karena mereka yang terbaik dan tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun dan kapanpun.
Pak, Buk, tunggu saat putrimu datang membawakan hadiah buat kalian, aku janji tidak akan mengecewakan💕
Aku ingin menjadi seorang yang sederhana tapi luar biasa.
ELD
Mungkin ini yang namanya pejuang tingkat akhir. Aku sadar ini bukan saatnya bermalas-malasan, tenggelam dalam gemerlap godaan belajar, apalagi masih sempat bermain-main. Bulan ini dan kedepannya adalah saat-saat dimana aku harus berjuang keras, demi sebuah harapan yang tertuang dalam sebuah mimpi kecilku.
Sederhana saja, tahun ini aku hanya ingin jadi orang yang sederhana. Jika ada sebuah kalimat *Aku ingin mencintaimu dengan sederhana* lain halnya dengan aku yang ingin menjadi *Aku yang sederhana namun diriku luar biasa*. Singkatnya inilah aku yang apa adanya, yang terkadang masih ingin memiliki suatu hal yang tidak semestinya, yang terkadang ingin mengeluhkan suatu hal yang tidak mungkin terjadi, yang masih menjadi putri kecil bapak ibu yang ingin segera tumbuh dewasa, yang bahkan banyak yang ingin aku keluhkan tetapi aku tak sanggup untuk mengeluhkannya.
Pagi sekolah saat hujan turun terkadang ku ingin seperti anak-anak lain yang diantar oleh bapak maupun ibu mereka. Saat jam makan siang ku buka kotak bekalku, aku ingin juga seperti yang lain. Makan dengan makanan buatan ibu. Saat pulang sekolah, aku juga ingin seperti yang lain, ditunggui di depan gerbang oleh bapak atau ibu yang menjemput. Ah, aku terlalu banyak keinginan. Aku sadar aku tidaklah seperti yang lain. Aku berbeda. Ini cara Tuhan melatihku tegar dan sabar serta mandiri.
Sekalipun terkadang aku juga ingin melihat bapak memakai jas rapi seperti bapak dari teman temanku dan ibu yang mengambil raporku saat kenaikan kelas. Tapi tak masalah jika semua itu mustahil karena aku bahagia dengan bapak ibuku yang sederhana. Aku tak mau yang lain, karena mereka yang terbaik dan tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun dan kapanpun.
Pak, Buk, tunggu saat putrimu datang membawakan hadiah buat kalian, aku janji tidak akan mengecewakan💕
Aku ingin menjadi seorang yang sederhana tapi luar biasa.
ELD
Komentar
Posting Komentar