Terkadang manusia lupa, ah bahkan sering. Darimana kita makan, darimana makanan itu berasal. Memang bagi orang yang berada mendapat sesuap nasi bahkan mendapat berbagai makanan bernutrisi tidaklah sulit. Namun bagi mereka yang masih di bawah, hanya bisa mengelap keringat sembari memegang tanyanya yang sengaja dipijat. Pegal.
Pulang sekolah tadi aku berjalan, seperti biasa sendirian. Dan berpapasan dengan seorang ibu dan anaknya. Sang ibu menggendong alat untuk memisahkan padi dari tangkainya serta sang anak membawa ember, termos, sembari mengikuti langkah sang ibu. Aku tak tau berapa umur anak itu, dari raut wajahnya sudah terlihat remaja. Disaat aku yang seperti ini selesai belajar di sekolah, dia juga selesai membantu ibunya di sawah. Aku tak tau apakah dia tidak sekolah. Tapi aku tau mereka berjuang untuk mempertahankan hidup.
Sekilas ini memang bukan Jakarta, meskipun demikian mencari selembar uang disini tidaklah mudah bagi orang orang kecil. Terlebih bagi petani. Yang mengandalkan hasil panennya. Yang menyemai padi serta tanaman lainnya, berharap akan membuahkan hasil demi keluarganya. Yang terkadang diterpa rintang hama, namun tetap sabar dan ulet.
Aku sendiri adalah anak dari seorang petani, ya bapakku bekerja keras untuk menyekolahkan aku sampai detik ini. Sekalipun lelah, ia tak berhenti. Aku tidak sedih ataupun malu. Aku bangga akan bapakku. Segalanya tentang beliau.
Bagi kalian yang bukan anak seorang petani, jangan lupa. Beras yang kalian makan (bagi yang memakan beras setiap hari) adalah hasil keringat seorang petani. Sekalipun mereka hidup pas pasan dan sederhana namun buktinya mereka bisa memuaskan perut laparmu. Garapan mereka yang memberimu energi.
Bumi pertiwiku, yang membentang luas hijau, kuning nan subur. Ku harap semua kekayaan ini dapat bertahta. Bertahan dalam terpaan modernisasi. Terkukuhkan penuh dalam tempat yang semestinya. Tidak hilang dimakan masa.
Tanah ini subur, lama sudah diaduk dan diolah. Hasilnya melimpah ruah. Jangan biarkan semuanya musnah. Apa yang nantinya kita makan (?)
Kuingin kelak, saat ku sudah dewasa. Ku tetap bisa melihat orang menyemai padi, menanam padi serta memanennya.
Alam ini ku cinta💞
ELD
Pulang sekolah tadi aku berjalan, seperti biasa sendirian. Dan berpapasan dengan seorang ibu dan anaknya. Sang ibu menggendong alat untuk memisahkan padi dari tangkainya serta sang anak membawa ember, termos, sembari mengikuti langkah sang ibu. Aku tak tau berapa umur anak itu, dari raut wajahnya sudah terlihat remaja. Disaat aku yang seperti ini selesai belajar di sekolah, dia juga selesai membantu ibunya di sawah. Aku tak tau apakah dia tidak sekolah. Tapi aku tau mereka berjuang untuk mempertahankan hidup.
Sekilas ini memang bukan Jakarta, meskipun demikian mencari selembar uang disini tidaklah mudah bagi orang orang kecil. Terlebih bagi petani. Yang mengandalkan hasil panennya. Yang menyemai padi serta tanaman lainnya, berharap akan membuahkan hasil demi keluarganya. Yang terkadang diterpa rintang hama, namun tetap sabar dan ulet.
Aku sendiri adalah anak dari seorang petani, ya bapakku bekerja keras untuk menyekolahkan aku sampai detik ini. Sekalipun lelah, ia tak berhenti. Aku tidak sedih ataupun malu. Aku bangga akan bapakku. Segalanya tentang beliau.
Bagi kalian yang bukan anak seorang petani, jangan lupa. Beras yang kalian makan (bagi yang memakan beras setiap hari) adalah hasil keringat seorang petani. Sekalipun mereka hidup pas pasan dan sederhana namun buktinya mereka bisa memuaskan perut laparmu. Garapan mereka yang memberimu energi.
Bumi pertiwiku, yang membentang luas hijau, kuning nan subur. Ku harap semua kekayaan ini dapat bertahta. Bertahan dalam terpaan modernisasi. Terkukuhkan penuh dalam tempat yang semestinya. Tidak hilang dimakan masa.
Tanah ini subur, lama sudah diaduk dan diolah. Hasilnya melimpah ruah. Jangan biarkan semuanya musnah. Apa yang nantinya kita makan (?)
Kuingin kelak, saat ku sudah dewasa. Ku tetap bisa melihat orang menyemai padi, menanam padi serta memanennya.
Alam ini ku cinta💞
ELD
Komentar
Posting Komentar