Kritik Pedas


Dunia itu kejam. Tau seberapa kejamnya dunia? Dimulai dari pertanyaan Apakah saat ini masih ada manusia yang benar-benar tulus bekerja, menggali potensi tanpa ada unsur gengsi? Apakah masih ada manusia-manusia bertangan mulia yang dengan senang hati bekerja dan mengabdi dalam ranah untuk berbagi?

Ingin sekali berkata kasar. Aku hanya marah saja dengan keadaan yang tengah  ramai orang perbincangkan. Sekarang akan aku bahas sedikit perbincangan hangat mengenai topik yang tidak kalah hangat. Pandemik yang sekarang mewabah di dunia popularitasnya sudah mampu menyaingi lady gaga atau bahkan boyband korea. Kemarin ada pendapat menarik dari salah satu kawanku yang sejenak membuatku tertegun, berpikir mengenai semua yang terjadi.  Disaat semua manusia –bukan, lebih tepatnya sebagian besar manusia- menyanjung-nyanjung profesi seorang dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya. Profesi-profesi yang saat ini menjadi garda terdepan, maju berperang melawan pandemik yang ganas dan begitu mengerikan. Tetap bekerja disaat yang lain di rumah saja. Mempertaruhkan jiwa raga dan nyawa demi kita semua. Betul, begitu hebat, begitu luar biasa.

Wah!!! Aku sangat senang ketika banyak pihak yang dengan senang hati membantu beban para tenaga medis melalui donasi baik berupa rupiah maupun alat pelindung diri. Semua itu menunjukkan bahwa masih ada atau bahkan masih banyak manusia-manusia yang peduli. Semoga semuanya memang benar-benar tulus dari hati. Kemudian, kembali ke permasalahan awal. Disini nyawa semua tenaga medis begitu dipertaruhkan, tetapi kawanku berpikir bahwa itu memang sudah seharusnya. Hal itu memang sudah menjadi bagian dari tanggung  jawab yang seharusnya dilakukan. Semua itu sebenarnya merupakan hal biasa yang terlalu dibesar-besarkan karena wabah ini begitu mengerikan. Hmm. Aku, yang bukan siapa-siapa sejenak tertegun. Berpikir bahwa benar. Jika masih ada dokter muda sampai yang tua dan seluruh tenaga medis terkait enggan atau bahkan takut menangani pasien Covid-19 memang patut dipertanyakan.

Dalam suatu profesi tentu ada yang namanya pengabdian. Saat ini, semua tenaga medis sedang diuji. Inilah saatnya mereka membuktikan bahwa apa yang dari dulu mereka impikan, yang dari dulu mereka elu-elukan sekarang dunia meminta pertanggungjawaban. Entah, semesta dalam diriku memang terlalu kasar untuk setuju dengan pernyataan-pernyataan ini. Begitu benar, begitu benar.

Jangan sampai aku temukan lagi ada tenaga medis yang ingin dikasihani. Secara kemanusiaan sudah pasti semua akan membantu dengan segala daya untuk melawan pandemik yang saat ini merajalela. Namun, ingat, para dokter, perawat, dan tenaga medis yang terhormat dan yang aku sayangi, saat ini saatnya kalian berperang menjadi prajurit terdepan. Bukan perang melalui kata, tetapi bukti nyata yang aku perlukan. Buktikan bahwa pengabdian itu ada. Buktikan bahwa embel-embel gelar terhormat kalian bukan hanya  menempel pada baju dan bukan hanya didapat secara cuma-cuma selama masa perkuliahan berjalan. Buktikan bahwa komitmen diri bukan berdasar gengsi!!!! Ayo buktikan!!! Buktikan apa yang seharusnya harus dibuktikan!

Terakhir tetapi bukan yang paling akhir. Kepada pembaca tulisan ini. Siapapun kalian, mau jadi apapun kalian, mau jadi dokter, guru, perawat, dosen, pengusaha, petani, nelayan, model, ilmuwan, ah mau jadi apapun kalian, pesanku adalah ingat apapun diri kalian tanamkanlah niat untuk tulus menolong orang dan tulus mengabdi pada profesi. Buktikan, usaha kalian sejak belum jadi apa-apa hingga bisa mendapat gelar yang bisa menyombongkan diri adalah gelar nyata yang bisa dipertanggungjawabkan. Buktikan bahwa senyum manis merekah di pipi adalah senyum bahagia karena mengabdi bukan karena mengejar gengsi.

Waktu terus melaju. Akan banyak profesi yang hilang seiring jalannya waktu. Ada satu profesi yang tidak akan pernah hilang menurut salah satu guruku. Profesi itu ialah seniman. Jika kalian takut kehilangan pekerjaan, jadilah seniman. Seni tidak akan pernah mati dan tidak akan pernah bisa digantikan karena seni datang melalui perasaan. Tenang, kita semua adalah pekerja seni. Percayalah, jika kau tak ingin jiwa seni dalam dirimu mati, mari tanamkan ketulusan, pupuk dengan keikhlasan untuk tulus berbagi.
Dengan segala hormat kepada seluruh umat.
ELD.

Komentar