Corona.

Setelah lama tidak beropini melalui tulisan, sekarang aku ingin menuliskan sedikit opiniku mengenai hal yang membuat manusia bumi mengisolasi diri. 
Ya, Corona.
Rasanya masyarakat Indonesia yang awalnya berbangga karena sudah merasa kebal terhadap penyakit-penyakit mulai takut, panik, dan bungkam akibat datangnya pandemik ini. Datangnya Covid-19 ini menduduki peringkat utama jajaran berita yang singkatnya kalau boleh berkata "Corona lagi corona lagi,". Kemudian dampak di masyarakat mulai terasa dengan kelangkaan masker dan handsanitizer. Jikalau ada pun dengan harga yang tidak biasa. 

Hari Minggu, sebelum akhirnya Senin dikeluarkan kebijakan untuk mengisolasi diri, aku sempat pergi ke Pasar. Masih ramai, bahkan salah satu pedagang yang aku datangi masih membuat candaan mengenai Corona. Ya, bagi masyarakat yang tidak terlalu paham tentang bahayanya Covid-19 ini mereka masih menganggap bahwa Corona adalah virus yang biasa. Ya, se"Biasa" itu. 

Dalam sejarah 19 tahun hidup ini, baru sekali aku mengalami kejadian yang membuatku sedih ketika membuka mata di pagi hari. Seakan tidak percaya bahwa kejadian semacam ini benar-benar sudah terjadi berdampingan dengan diri ini. Sedih karena semua aktivitas terhambat, semua rencana jangka pendek gagal, dab bahkan akibat dari pengisolasian diri ini adalah kuliah secara online. Ini baru dampak kecil yang aku rasakan, belum dampak-dampak yangdirasakan oleh orang-orang di luar sana. Pedagang makanan kecil yang tidak memiliki akses delivery order melalui aplikasi? Yang menumpukan penghasilan hanya dengan berjualan? Apa kabar? Mungkin disisi lain, pedagang makanan yang berjualan melalui aplikasi sangat diuntungkan karena banyak orang membutuhkan makanan dan takut pergi keluar.

Kembali lagi aku sadar, dalam sejarah hidup ini baru menyadari bahwa saat ini dunia luar begitu mengerikan. Setiap pagi, aku selalu disambut dengan pertanyaan-pertanyaan kawanku yang menanyakan apakah aku pulang ke kampung halaman?. Dalam situasi saat ini, hati meronta-ronta ingin kembali, tetapi keadaan belum memungkinkan. Mungkin bisa saja aku memutuskan untuk pulang sekarang atau kemarin, tetapi banyak pertimbangan yang aku pikirkan. Aturan dari kampus menyatakan untuk tetap bertahan di tempat tinggal dan jangan dulu pulang. Ada hal yang menarik, menuai perdebatan. Ada seorang teman yang langsung memutuskan untuk pulang tanpa memikirkan berbagai hal sebab akibatnya. Ada juga teman yang memang sengaja tetap tinggal dan mengisolasi diri di rantau. Lantas bagaimana?

Dalam kondisi saat ini, wajar semua orang merasa bimbang. Merasa takut hingga memikirkan kemungkinan terburuk. Merasa bingung mengambil keputusan. Aturan yang dibuat seharusnya memang diindahkan. Tetapi, ketakutan yang mungkin memakan pola pikir membuat semua mengambil keputusan sendiri. Membuat geram orang-orang yang diresahkan. Semua instansi datang dengan aturan tersendiri. Semua aturan tidak mungkin bertujuan negatif, tentu tujuannya demi kebaikan bersama. Terkadang meskipun sulit kita harus menyingkirkan ego pribadi demi membuat keadaan lebih baik. Terkadang pula kita perlu membuat keputusan sulit diantara dua pilihan genting yang sempit. Saat ini, kepanikan, ketakutan, kebingungan sekakan menjadi satu. Pesanku, tetap jaga kesehatan semuanya. Semoga semua ini segera mereda. 

Komentar