Tak Boleh Lengah, Tak Boleh Menyerah🍀

Rumah. 
Tempat pertama kuingin pulang. Menyapa bapak dan ibuku yang selalu menungguku datang. 
Lemah.
Malam ini begitu kurasakan. Perihal keadaan yang terlampau harus aku sembunyikan. Siapa yang mau berterus-terang kepada bapak dan ibu mengenai keadaan finansial yang semakin sesak dan miris. Mengenai dana beasiswa yang belum juga tiba. 
Beginilah kehidupanku sebagai seorang penerima beasiswa. Ditengah jadwal perkuliahan, ada segudang tugas yang harus aku selesaikan. Mana mau aku membayar orang untuk mencuci pakaian kotorku, mana mau aku setiap hari membeli makan melalui ojek online, mana mau aku mencari kosan yang bertarif mahal. 
Bahkan untuk membeli suatu barang, aku harus berpikir berkali-kali. Karena kebutuhan yang lain, yang lebih utama, mendesak untuk segera dinomorsatukan. 

Masa-masa pemilu. Harpitnas. Libur sejenak. Siapa yang tak mau berkumpul dengan bapak ibu di hari libur? Ya, banyak teman-temanku yang sibuk mencari tiket untuk pulang. Bergembira karena tanggal pulang semakin dekat. Wah, aku juga ingin. Namun, sepertinya aku harus berkata maaf kepada diriku sendiri. Menengok isi dompet yang membuatku menghela napas panjang. Aku harus berhemat. 
Bagaimanapun kehidupanku disini benar-benar bertumpu pada dana beasiswa. Mana mampu aku meminta transfer bulanan kepada bapak. Mana sanggup aku meminta uang jajan kepada ibu. Hufft. 

Sesungguhnya aku tidak mau berada dalam keadaan yang seperti ini. Rinduku semakin menumpuk dan mendesak untuk ingin bertemu. Tetapi, sudahlah. Aku disini saja, menunggu esok saat pulang kampung yang tepat. Sedih memang, melihat yang lain pulang tetapi aku tidak. 

Wah, aku harus terus bersyukur :")). Mengambil hikmah dari keadaan ini. Awalnya benar-benar lemas dan ingin menangis. Sedih si,tapi mungkin Allah ingin aku disini saja. Belajar. Biar pintar. Bersabar. Rencana-Nya pasti akan berakhir indah.

Ya, yang kubisa adalah tersenyum mengatakan bahwa aku baik baik saja. Karena memang aku bisa bertahan dan berjuang dalam situasi seperti apapun. Aku harus mampu. Karena aku bukan lagi anak kecil yang hanya mampu merengek meminta uang jajan kepada bapak ibu. 

Sudah. 
Begitu saja. Kisah senduku di malam Sabtu. 
Lemas dan pilu. Tapi aku tak mau diam membisu. Ada lapak yang harus aku perjuangkan💪.
Tak boleh lengah, tak boleh menyerah.
Apapun tantangannya, pasti bisa. 
Terlampau muda untuk tidak bisa.
Terlampau malu untuk diam membisu.
Aku masih perlu berjuang, demi masyarakat yang menunggu karya besar untuk perubahan yang lebih baik. 

Kesedihan, kekecewaan, bukan hambatan. Semua itu bumbu dalam perjuangan. Manis pahit perlu kita rasakan. Agar ada cerita pada akhirnya.
Sendu dan rindupun dilahap juga. 

ELD

Komentar

  1. semangat kak... perjuangan pasti akan terbayarkan suatu saat

    BalasHapus

Posting Komentar