Sebuah Analogi

Malam sendu membawa rindu. Terbesit pertanyaan kecil dalam kalbu. Awalnya ketika ku diam tersusun beberapa kalimat indah dalam pikiran. Namun, ketika kutuangkan semua serasa membosankan. 

Bagaimana aku mengatakannya? 
Bicara mengenai hidup, tentu manusia terlalu menyiakan waktu untuk mengeluh. Bahkan mengatakannya serasa mudah bukan? Jangan mengeluh padahal aku saja masih begini-begini saja. Mengeluhkan kehidupan yang seharusnya kusyukuri. Padahal nikmat-Nya yang telah aku dapat selama ini berlimpah ruah tak terganti.

Setiap kalimat itu indah, bermakna, dan penuh cerita. Sastra. Benar, terkadang sastra tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Padahal sejatinya sastra yang indah tentu tercipta dari kata yang indah pula. Sastra itu seni, sesuatu yang indah. Sebagai salah satu penikmatnya tentu aku tak ingin sastra menjadi terkutuk dalam kata-kata yang busuk. Karena sastra yang indah adalah suatu sastra yang dapat membuat pembacanya merasa bahagia. Merasa nyaman, merasa tenteram dalam jiwa.

Sama halnya dengan sastra yang indah, hidup pun indah. Sastra itu indah jadi jangan kau kotori. Hidup itu indah jadi perlu kau sukuri. Sastra sudah indah pada dasarnya. Hidup pun sudah indah pada awalnya. Mengenai kedepan kita yang andil menentukan. Yang dihadapan bagaikan sebuah tirai putih yang penuh kejutan. Di balik tirai tiada yang tau. Kita adalah pemeran utama. Apakah kita mau menggoreskan warna pada tirai sebelum membukanya ataukah kita hanya berlaku diam membiarkan tirai tetap putih hingga suatu saat kita membukanya? Apapun bisa terjadi jadi bagaimanapun harus siap kita hadapi. Jika kau bertanya mengapa kita tak bisa melihat bagaimana masa depan akan berlangsung. Jawabannya adalah karena inilah hidup yang penuh kejutan dan senantiasa menyisakan tanya seperti tirai putih tertutup. Goreskan tinta sebanyak mungkin agar hidupmu berwarna, tuai amal segiat mungkin agar hidupmu bermakna. Karena dibalik tirai tiada yang dapat menerka. Yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha.

Sebuah analogi yang dianalogikan~
ELD
2018

Komentar