SEMUANYA BERAWAL DARI MAAF

Maaf. Semua berawal dari maaf.
Buat kawanku semua, buat siapa saja. Yang bisa diantar ayah maupun ibunya ke sekolah. Yang bisa dituliskan surat oleh ayah dan ibunya ketika sakit maupun izin. Yang selalu bisa makan malam dan sarapan bersama ayah dan ibu. Yang selalu bisa berkumpul setiap hari, membicarakan hal hal besar maupun hanya hal kecil. Yang selalu bisa membawa bekal buatan ibu. Dan yang selalu bisa meminta banyak dari ayah dan ibu kalian.

Teramat maaf, aku yang tidak bisa diantar maupun dijemput ayahku setiap hari, apalagi ibuku. Yang tak bisa berkumpul dengan mereka setiap hari. Yang tak bisa menikmati masakan ibuku setiap hari. Yang tak bisa dituliskan surat oleh mereka ketika aku sakit kemudian mereka mengantarnya ke sekolah.

Mungkin, ini namanya pengorbanan. Bukan aku tak mau seperti kalian. Namun, keadaan ini yang memaksa. Semua ini adalah bekal. Aku tidak menyalahkan orang tuaku yang bahkan tak pernah merasakan rasa duduk di kursi putih biru. Yang bahkan tak tau apa itu limit, logaritma, dimensi tiga, gerak parabola, bahkan hidrokarbon beserta stoikiometri.

Maaf, karena aku tidak bisa seperti kalian.
 Tersungguh, aku tak pernah menyalahkan keadaan. Ini bukan ujian, apalagi cobaan. Aku baik baik saja. Bahkan aku bahagia dengan keprihatunan ini. Semua ini yang membuatku terlatih.
Maaf, karena aku berbeda.

ELD

Komentar