SEBAGAI PENGAMAT

Banyak yang bilang saat pertama kali orang memandangku kesan pertamanya adalah pendiam. Mungkin banyak yang melihatku dari caraku berjalan, caraku berbicara, caraku tersenyum, atau caraku makan (?) Entahlah, aku tak tau.

Memang hanya orang orang terdekatku yang mengerti aku. Ya, memang begitu. Jadi jika ada yang ingin tau bagaimana diriku, tanyakan langsung padaku. Karena setiap orang memiliki pendapat yang berbeda.

Sesungguhnya disini aku berperan sebagai pengamat. Terkadang aku bisa terkekeh-kekeh mengamati dunia sekitarku. Terkadang bisa saja lama aku diam karena melihat sesuatu yang membuatku sakit, sedih, ataupun sadar. Memang dunia ini lucu.

Mau aku beritau sebuah kisah (?) Kisah lama. Sudah lama aku menjadi seorang pengamat. Selebihnya aku hanya berkomentar dalam hati. Karena nyatanya buat apa aku umbar umbar pendapatku tentang siapapun. Jika nanti hanya berujung ghibah ya lebih baik bicara oada diri sendiri kan (?)

Kan katanya setiap orang memandang dari sudut pandang yang berbeda. Sudah setahub kuamati. Ada seorang yang berubah drastis. Awalnya dia terlihat baik dan rajin, tapi semakin dewasa kamu tau (?) Bahkan yang aku lihat saat ini dia hanya mementingkan hal duniawi. Dewasa ini memang sudah dapat aku duga. Orang sibuk meninggikan diri tanpa ingat siapa sebenarnya dirinya sendiri. Berlari lari mengejar popularitas tapi tak paham yang dilakukan hanya sepintas.

Aku terkekeh melihatnya, dunia terlalu cepat berubah. Bukannya aku mau menyombong, siapapun kamu yang membaca artikel ini mari berdoa bersama agar dia sadar. Aamiin. Nyatanya aku prihatin, bukankah menuju dewasa kini kita dididik. Sabarlah menunggu waktu, jangan bersenang senang sebelum waktunya. Dan taukah kamu (?) Yang aku lihat bukan hanya satu orang. Ternyata bukan hanya dia. Banyak yang lain yang NAMPAK seperti dia. Apakah aku terlihat menilai orang semauku (?) Maafkan, bukan begitu maksudku. Nyatanya disini aku sebagai pengamat. Dan kini aku bercerita tentang apa yang aku amati

Kemudian ada hal lain yang aku amati. Orang lain yang sangat semangat dalam menjalani hidupnya, penuh kawan, penuh story dimana mana ...hehe, nyatanya demikian. Bahkan yang aku amati terlalu banyak story yang diumbar di sosial media. Apakah besok pada generasi generasi anak anakku semuanya wajib dipublikasikan (?)
Tapi yang ini berbeda. Dia semangat, atau bahkan terlalu bersemangat. Kusuka semangatnya. Tapi ada yang tak aku suka. Selebihnya biar kusimpan saja dalam hati.

Bukan hanya itu, ada yang benar benar baik dan ada juga yang pura pura baik. Nyatanya aku sebagai pengamat lebih sering berdecak istighfar daripada berdecak kagum.

Teringat sebuah riwayat saat di bulan ramadhan. Amalan hangus hanya karena status. Ingat kawan, pakaian seseorang dapat menggambarkan kepribadianya, apalagi perkataan seseorang yang berada di sosial media. Jika salah tafsir (?) Siapa yang salah (?)

Ada lagi, yang buatku berdecak kagum adalah seseorang yang kulihat melangkah maju. Ia mau berubah, meskipun kulihat ia masih terus disitu. Apakah itu hanya sekedar formalitas (?) Sekedar terlihat begitu tapi nyatanya tidak begitu.

Hmm... baiklah. Aku sebagai pengamat. Nyatanya aku tak tau apa apa kan (?) Pengamat sesungguhnya adalah Allah swt.
Aku hanya melihat apa yang nyatanya aku lihat dan menyimpulkan dari sudut pandangku. Selebihnya kalian bisa mengamati keadaan sekitar kalian sendiri dan bisa berpikir dewasa mana yang baik dan mana yang buruk.

Asal jangan suka menghakimi seseorang.. karena kita tak tau alasan mereka melakukan sesuatu. Jika ingin tau sesuatu tentang seseorang, tanyakan langsung. Jika tak mau, lebih baik diam. Simpan dalam hati, curahkan pada Tuhan. Tuhan selalu siap mendengar semua ceritamu.

Haha.. benar benar lucu. Terlalu banyak cerita yang aku simpan sendirian. Karena aku terlalu takut mengungkapkan pada orang lain. Bahkan pada ayah ibuku aku pun sangat jarang bercerita tentang masalah masalahku. Aku takut mereka terbebani. Aku ingin mereka melihatku sebagai seorang periang yang ceria tanpa masalah. Apakah prinsipku salah (?) Ya nyatanya itu prinsipku, biar aku yang merasakan saja. Orang tuaku jangan ikut dalam masalahku.

Ya aku sebagai pengamat cukup tau keadaan sekitarku dan cukup berkomentar dalam hati. Selebihnya ya tertuang dalam teks ini.
Ya, aku hanya pengamat.
ELD


Komentar