RUMAH KETIGA

Di lingkungan yang sempit ini aku bernafas. Melewati gang sempit, yaa benar gangnya memang sempit. Sekaipun sempit butuh hati yang kuat untuk melintas di gang itu. Menengok wajah masam yang sempat kupikir ramah nyatanya tidak. Bertegur sapa pada orang yang ku kira baik, nyatanya tidak. Ya, memang dunia ini begitu lucu. Sempat berpikir riwayat kata kawanku DON'T LOOK JUST THE COVER.

Adakah yang benar benar tulus disini (?) Sulit yah. Padahal ini Kebumen bukan Jakarta. Padahal ini di desa tapi bak di kota saja. Hmm.. lagaknya memang dunia ini lucu. Banyak yang ingin menuju suatu titik tapi lupa titik awal dia beranjak.

Dan di ruang 4×4 meter ini aku bernafas. Tidur larut dan bangun sebegitu paginya. Bahkan kadang atau bahkan sering ku terbangun dari lelapku. Mencari sesuatu yang ingin ku tau. Berpikir sejenak. Sudah, itu saja.

Jika ada rumahku di sana. Dan jika sekolah adalah rumah kedua. Sebut saja tempat ini rumah ketiga. Nyatanya demikian, dengan membayar setiap bulan tempat ini dapat ku tinggali. Awalnya berat tentu saja. Bahkan jika kau mau tau, saat pertama kali aku berada disini ku teramat ingin pulang. Dan taukah kamu (?) Saat pertama kali aku pulang aku menangis. Ya, hidup berjalan, jika tidak kulatih hari ini. Kapan lagi (?)

Di kasur yang empuk dan bisa dibilang baru ini aku berbaring. Berbantal bonekaku yang lembut nan empuk. Berkawan setumpuk buku yang belum sempat aku bereskan.

Banyak nyamuk. Ya, jika ini di rumah pastilah ibuku sudah menyemprotkan obat anti nyamuk agar aku tenang. Tapi disini beda, jika ku ingin tak banyak nyamuk ku harus membeli sendiri obat anti nyamuk maupun obat nyamuk bakar.

Di halaman berpaving segi enam itu aku sering berlari-lari kecil. Bangun tidur setelah solat subuh, ku sering berlari keliling halaman itu sembari memakai headset tuk menemani pagi yang masih sepi. Cukup 10-20 putaran. Habis itu ya sudah. Biasanya ku akan meletakkan handuk di gagang pintu kamar mandi. Mengantri. Tapi sudah biasa. Dan biasanya aku di urutan pertama.

Ya disini rumah ketigaku. Bersama banyak kawan dari berbagai daerah. Tenang ini bukan ujian. Ini tahap ku bisa mandiri.
Awalnya berat. Tapi tak apa. Aku efri. Dan nyatanya sekarang ku sudah terbiasa.

Tidak ada yang perlu dicemaskan. Jika kamu berpikir terlalu sulit, jangan menyerah. Terpaksa akan menjadi Terbiasa. Percayalah. Kamu bisa!
Sekian.
ELD

Komentar