Aku tak pernah berpikir panjang terkadang. Untuk melangkah pun
masih asal. Dulunya memang tak pernah terpikirkan. Karena arahku pun masih
belum tentu. Yang terbesit hanya sepintas saja, sebuah tanya yang entah apa ada
jawabnya "Apakah dayaku?". Tiada yang istimewa.
Kupikir hanya kebetulan sesaat. Dan sial yang hilang.
Beruntung. Satu satunya alasan. Aku mulai maju dan mengukir kisah perlahan. Berharap
jua agar masa laluku dapat hilang. Sialnya tak semudah itu. Berat. Akhirnya aku
menyerah, aku mencoba tuk biasa, dan kamu datang.
Entah dari sejak kapan. Dan itu berawal dari sebuah kelas
dan sepasang meja yang berdampingan. Tak kusangka jua akan seperti itu jadinya.
Aku terjebak. Dan aku tak bisa apa apa. Sialnya masa lalumu membuatku ingin
pulang..haha. Selalu begitu. Ingin pulang saat jam pelajaran berlangsung.
Kenapa aku jadi begitu? Ku yakin kamu tau jawabnya.
Dan aku tergores lagi masa itu. Pernah kubilang benci dan
tak mau lagi. Namun aku bisa apa. Aku bukan siapa siapa. Aku hanya angin lalu yang
bisa mengekor dibelakangmu. Mengagumimu dan bisu akan perasaan ini. Lama hal
iti terjadi. Lama sampai hatiku rasanya mati.
Dan ternyata belum berakhir sampai disitu jua. Datang
(lagi). Sempat ragu apakah itu hanya kesenangan sesaat. Terlebih bila kuingat
masa lalunya. Ingin aku marah tapi saat itu aku tak punya hak. Kubiarkan saja
hal yang terjadi (lagi) melanda. Terus terus dan terus.
Berhujung pada suatu hari. Entah dibawa angin apa. Namun
satu hal, aku tak dapat mengelak seperti dulu. Sayangnya aku menyukaimu.
Sangat disayangkan namun amat sangat disayangkan lagi bila
tak demikian.
Satu hal pasti. Tak sia sia ku lepas kupu-kupu yang indah
luarnya, pada akhirnya kudapat yang lebih indah. Sayang sekali, aku
menyayangimu. Sangat disayangkan aku tak bisa berbohong begitu saja. Sayangnya,
kamu ingin kupukul keras keras. Geram akanku padamu. Sayangnya aku mencintaimu,
mana bisa kupukul?
Ah, sayangnya........ kamu begitu...
Komentar
Posting Komentar